PACIFIC RIM (2013): Today, we are cancelling the apocalypse!

Read Time:4 Minute, 23 Second

Guillermo del Toro membawa pulang pattern-nya membawa makhluk-makhluk cutting edge ke dalam filmnya (setelah absen di Mama, of course). Kalau dulu di franchise Hellboy serta Blade, Del Toro membuat makhluk-makhluk komikal, lalu di Pan’s Labirynth, membawa makhluk mitologi, kini ia membawa sesuatu yang lebih besar (in an excessive way, of course): monster-monster reptil raksasa melawan robot-robot raksasa (yang lebih raksasa daripada franchise Transformers). Bagi mereka yang sejak kecil dijejali dengan pertempuran mecha melawan gojira dan variannya, Pacific Rim menjadi perwujudan fantasi mereka dengan tense yang lebih maksimal. (Yakinlah, sebrutal apapun monster dalam dunia animasi, maupun tokusatsu, ancaman mereka tidak akan menghadirkan goosebump semengerikan “apocalypse!”)

The Plot!

Kaiju (dari Bahasa Jepang, artinya ‘hewan raksasa’) dan Jaeger (dari Bahasa Jerman, artinya ‘pemburu’) adalah main course di Pacific Rim. Anggapan bahwa langit adalah jalan masuk invasi alien yang selama ini ditakuti manusia diputarbalikkan dengan kenyataan bahwa alien buas justru muncul dari dasar samudera Pasifik lewat portal antar dimensi yang disebut “The Gate.” (Inilah bukti bahwa genre alien from outer space sudah disaingi adiknya, alien from outer dimension, seperti The Avengers) Para alien raksasa, Kaiju, memporakporandakan bumi; dengan sedikit keberuntungan, manusia selamat dengan jet dan alat tempur mereka. Nyatanya, Kaiju bukannya kapok, malah lebih sering datang lagi. Umat manusia yang kewalahan belajar bahwa mereka harus bersatu, menanggalkan perselisihan masa lalu mereka (Ini yang saya suka, Earth united).

Untuk memerangi monster akhirnya manusia menciptakan monster penyelamat mereka sendiri, yaitu robot-robot pencakar langit yang dikendalikan manusia lewat penyatuan pikiran (kombinasi Avatar dengan Zord-nya Power Ranger). Namun, untuk mengendalikannya, diperlukan 2 orang pilot yang berfungsi sebagai otak kanan dan kiri (ini baru ode orisinil). Kaiju memang berhasil dikalahkan dengan adanya Jaeger ini; namun, ternyata yang selama ini dihadapi manusia hanyalah permulaan dari suatu apocalypse yang menunggu mereka. Tak ada cara lain, kecuali memaksimalkan Jaeger yang ada untuk mempertahankan bumi dengan menyerang The Gate dalam misi ‘cancelling the apocalypse.”

Family Movie, Romance Movie, in A Rim

Pacific Rim, bagi yang sadar, adalah film keluarga dan film romance sekaligus. Walaupun memang tidak ekplisit, why? Later. Semua dibangun dengan karakterisasi serta hubungan antar karakter yang unik. Pacific Rim adalah rantaian hubungan antara seorang pimpinan militer Marshal Pentecoste (Idris Elba), pilot legendaris yang saudaranya ‘direnggut’ Kaiju, Raleigh Becket (Charlie Hunnam), rookie yang menjadi kopilotnya, Mako Mori (Rinko Kikuchi), pasangan Newton (Charlie Day) dan Gottlieb (Burn Gorman) serta dua pilot ayah-anak Keluarga Hansen (Max Martini – Robert Kazinsky), dengan seluruh dunia. Yang unik, film ini meskipun (seolah) Becket-centered, tapi nyaris tidak ada main protagonist, karena protagonist-nya adalah kita semua umat manusia yang diwakili segelintir orang tersebut. Jadi peran Pentecoste dan Raleigh, maupun dengan Mako tidak ada yang paling menonjol, apalagi saling overlapping. Nice shot!

Lalu bagaimana bisa ini menjadi pile-of-genre movie tanpa terlihat? Yaitu lewat instrumen ‘menyatukan pikiran’ dalam pengendalian Jaeger. Tak perlu kita melihat romansa Raleigh dengan Mako secara eksplisit, toh mereka sudah saling tahu apa yang dipikirkan, Tak perlu menunjukkan kasih sayang keluarga Hansen, toh mereka juga sudah saling tahu. Tipis dan implisit, namun sebenarnya di sinilah ‘sisi drama’ Pacific Rim.

Tolerable Happy Ending

Film yang berhadapan dengan apocalypse hanya mempunyai satu macam ending, happy ending (setidaknya pada karakter utama, tak peduli kalau pada akhirnya bumi hancur). Tapi biasanya kita menolak happy ending sederhana, selalu harus ada cliffhanger di akhir (itulah harapannya). Namun, happy ending yang ditawarkan Pacific Rim sebenarnya hanya berupa ‘kesempatan’ kecil bagi penonton untuk bernafas lega, sebelum benar-benar habis tanpa konklusi tentang kelanjutan nasib bumi. Fair enough.

Good Way to Cancel the Apocalypse

Pacific Rim menjadi spesial karena dialog-dialognya yang heroic dan miraculous. Dan saya rasa, “Today, we are cancelling the apocayplse”-nya Marshal Pentecoste bisa jadi sesuatu yang akan dikenang dalam waktu yang cukup lama.

Humor kecil yang dijejalkan Del Toro pada momen yang tepat menjadikan film ini lebih dari sekedar pameran gimmick 3D yang nampaknya sudah tidak lagi menjadi landasan kokoh. Humor di sini mengingatkan saya akan humor-humor sejenis di Hellboy. For me, the pendulum thing becomes one shot.

Satu lagi, Rinko Kikuchi menjadi satu faktor penting. Entah apa yang ada di benak Del Toro dan teman-teman casting-nya saat menaruh Kikuchi dalam kokpit Pacific Rim. Tapi Kikuchi memberikan warna tersendiri bagi Jaeger, dengan mimik insecure-nya yang memorable. Guess, we got another Asian shot.

Bad Way to Cancel the Apocalypse

Sayang beribu sayang, apocalypse se-mutakhir dan ‘mengerikan’ Kaiju tidak memunculkan satu pun on-screen death. Abang Raleigh memang direnggut ‘on-screen‘, tapi kematiannya adalah tanda tanya. Satu-satunya kemungkinan on-screen death, justru digagalkan oleh post-credit scene yang sejujurnya kocak. Meskipun masih sering dianggap tabu, tapi itulah kekuatan film bertema invasion seperti ini.

Satu hal lagi yang cukup membuat ‘kecewa’ adalah sedikitnya porsi untuk beberapa Jaeger, seperti Crimson Typhoon dan Cherno Alpha dalam aksi. Padahal melihat spesifikasi dan disain mereka, nampaknya mereka bisa jadi daya tarik menarik. Tapi setidaknya, Eureka Striker, dan Gipsy Danger, memberi tontonan yang menarik. (What are they? Watch Pacific Rim)

Pada akhirnya, tidak bisa saya pungkiri, Pacific Rim adalah nafas segar di tahun 2013 yang kaya akan reboot, remake, sequel, dan based-on movie, menemani Stoker.


TITLE: Pacific Rim

GENRE: Action | Fantasy

DIRECTOR: Guillermo Del Toro

WRITER: Guillermo Del Toro, Travis Beacham

CAST: Idris Elba, Charlie Hunnam, Rinko Kikuchi

RATING:

9 responses to “PACIFIC RIM (2013): Today, we are cancelling the apocalypse!”

  1. KILLING JULY 2013 | sinekdoks

    […] Bulan Juli juga ditandai dengan rilisnya Pacific Rim yang mampu me-redefine-kan genre film alien dan robot besar, Setidaknya, angin segar kembali dihembuskan dengan orisinalitas Pacific Rim, yang sekaligus menjadi lebih “ceria” dengan kehadiran Rinko Kikuchi. Review selengkapnya silahkan lihat di sini. […]

  2. Tri Fajar Avatar
    Tri Fajar

    Awalnya aku merasa terganggu dengan konsep dua pilot yg saling terhubung ini, karena jaeger yg gerakannya simpel (gak ribet) itu bisa saja dikendalikan lewat joystik game (IMO) tapi ternyata konsep berbagi pikiran ini jadi alat untuk mengungkap motif kaiju (kalo di film lain ada yg pake artefak, berbicara lewat manusia yg pikirannya dikendalikan dsb).
    Bisa dibilang kaiju adalah jaegernya alien. Aliennya pun kayaknya juga ukurannya sama seperti manusia (nampak saat Gipsy berhasil nembus ke dimensinya para alien). Bisa saja ini jadi modal untuk sekuelnya nanti. (Semoga ada).

    1. Paskalis Damar AK Avatar
      Paskalis Damar AK

      haha saya baca director’s note-nya GdT di suatu majalah, kabarnya prekuel dari Pacific Rim sangat mungkin dibuat–soalnya ada Jaeger dari Mexico, home country-nya GdT

  3. Tri Fajar Avatar
    Tri Fajar

    kalo di Indonesia, jaegernya habis dikorupsi.

    1. Paskalis Damar AK Avatar
      Paskalis Damar AK

      indonesia sih minta tolong Striker Eureka yg deket haha
      atau minjem jaeger-nya malaysia

  4. Monthly Roundup: July 2015 – Minions (2015); I Saw the Devil (2010) | sinekdoks

    […] one of my review back to July 2013! And also a review from July […]

  5. Review The Wandering Earth / 流浪地球 (2019) | sinekdoks – Movie Review

    […] of “cancelling the apocalypse” (borrowing the term from Idris Elba’s character in Pacific Rim) can only be a massive production or nothing at all. And, this adaptation opted to go the former […]

  6. Crimson Peak (2015) – Review | sinekdoks – Movie Review

    […] there’s a genre confusion, which perhaps becomes its first misfire on his most anticipated post-Pacific Rim […]

  7. Thursday Movie Picks #32: Alien Invasion of Earth | sinekdoks – Movie Review

    […] Not only Guillermo del Toro brought back memories to mecha genre; his biggest innovation is Kaiju—with size of no other aliens never made on screen previously. And, yes, they’re from sea-crust—that’s a nice idea of Earth invasion! Read my review about Pacific Rim! […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!