The Secret Life of Walter Mitty (2013)

Read Time:3 Minute, 35 Second

Saat menonton The Secret Life of Walter Mitty, saya seketika merasa bahwa film ini adalah perwujudan nyata imajinasi Ben Stiller baik di dalam layar maupun di balik layar. Sebagai sutradara yang mengarahkan dirinya sendiri, gaya penyutradaraannya adalah visinya tentang tokohnya sendiri: ambisius dan imajinatif.

FOR ENGLISH VERSION — CLICK HERE!

Kisah The Secret Life of Walter Mitty sendiri sebenarnya bukan kisah yang segar. Kisahnya diadaptasi dari tulisan pendek James Thurber, yang juga pernah dibawa ke layar lebar pada tahun 1947 dengan judul yang sama. Tapi terlepas dari itu, inti kisah ini sebenarnya adalah petualangan ageless yang bisa dijadikan kerangka dalam adaptasi di era apapun.

Plotnya cukup sederhana dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari meskipun di layar, semuanya terasa lebih besar. Sederhananya, Walter Mitty (Ben Stiller), manajer urusan negative assets untuk majalah Life, adalah seseorang yang hidupnya sangat monoton dan penuh tekanan. Bertahun-tahun menatapi ribuan foto sarat petualangan namun tak pernah sekalipun mengalami ‘petualangan’ itu membuatnya menuangkan segala ketidakmampuannya dalam lamunan yang liar namun bisa membawanya merasa superior.

Hingga akhirnya pertemuannya dengan wanita yang menggugah hatinya, Cheryl (Kristen Wiig), serta ancaman ditutupnya majalah tempatnya bekerja memaksa Walter untuk bangun dari pertualangannya dalam lamunan dan menjalani petualangannya yang sebenarnya. Rencana penutupan Life memaksa majalah itu harus menerbitkan edisi pamungkas yang mengena–sementara negatif foto jepretan fotografer alam legendaris, Sean O’Connell (Sean Perry), yang akan dipakai sebagai sampul edisi terakhir raib. Mau tidak mau, Walter harus mencari Sean untuk mendapatkan negatif itu. Sayangnya, kabar terakhir mengatakan Sean ada di Greenland, dan Walter benar-benar harus bangun dari lamunannya.

Kisah Walter Mitty yang ditayangkan sebagai pembuka tahun 2014 ini terasa seperti sebuah refleksi akan pencapaian di tahun-tahun sebelumnya. Kisahnya sangat dekat–kebanyakan dari kita semua pernah mengalaminya: terdiam dengan impian-impian besar yang tentu saja beresiko serta dihadapkan pada pilihan untuk merealisasikannya atau menjadikannya tetap sebagai impian. Kedekatan personal antara tokoh Walter Mitty dengan penontonnya itulah yang menjadikan tokohnya subyek simpati kita dan pada akhirnya hal yang sama juga yang membuat film ini membekas di benak kita sebagai film yang “inspiratif.”

Kedekatan yang dipancarkan itu tak lepas dari arahan Stiller sebagai sutradara; ia telah tumbuh dari seorang komedian yang kental unsur slapstick-nya menjadi seorang sutradara sekaligus aktor yang dewasa dan serius namun tidak cheesy. Komedinya masih dibawa, namun porsinya lebih disesuaikan dengan kerangka cerita, dan sedikit banyak digantikan oleh unsur deretan aksi dramatis yang memperkuat sisi petualangan dari film ini. Terasa jelas, Stiller mulai melepas label frat pack-nya dan mulai menemukan identitasnya sendiri. Aksi-aksi penuh adrenalin dan CGI-nya dibagi rata di paruh awal dan paruh akhir film. Yang membedakannya adalah: di paruh awal, aksinya terpapar dalam lamunan Walter–yang meskipun unik dan menarik (adegan bom, pendaki gunung romantis, dan meniru Benjamin Button) namun sedikit menghambat pace cerita; di paruh akhir, aksinya ada di kehidupan nyata–mulai lompat dari helikopter, berhadapan dengan hiu, sampai meluncur di atas skateboard yang ikonis–semuanya sangat keren.

The Secret Life of Walter Mitty bukanlah cerita motivasi yang sebesar Forrest Gump meskipun sama-sama inspiratif dan sama-sama di ranah kebetulan. Namun, kisahnya yang hangat mungkin akan mengingatkan kita akan kisah Forrest Gump dengan tokoh yang nasibnya lebih beruntung. Ditambah visualisasi a la dokumenter dengan ultra wide-shot indah yang membuat manusia-manusianya nampak mini meskipun di layar besar pun (disyut oleh -Stuart Dryburgh), ditambah CGI yang megah dan tepat guna, diiringi oleh lagu-lagu indie yang terasa pas mengiringi petualangan Walter, dan dihidupkan dengan skrip manis Steve Conrad yang sama sekali tidak cengeng: Walter Mitty adalah sebuah revolusi kecil sinema yang sama sekali tidak mengecewakan.

Pendekatan Stiller sebagai sutradara sekaligus aktor secara unik telah memperkaya visual dan karakterisasi Walter Mitty sampai ke tahap tertentu. Meskipun begitu, film ini bukanlah one-man show dari Stiller karena peran Wiig sebagai Cheryl, Adam Scott sebagai bos Walter yang menyebalkan, serta Sean Penn yang tepat sasaran makin menjadikan petualangan makro dan mikro Walter Mitty lebih hidup dan bercerita. Tidak perlu berpikir keras saat menontonnya dan tidak perlu menduga-duga plotnya, cukup mengikuti kisahnya sampai tiba ending-nya yang hangat dan menyenangkan.

TITLE: The Secret Life of Walter Mitty

RATING:

GENRE: Drama, Fantasy, Adventure, Comedy DIRECTOR: Ben Stiller WRITERS: Steve Conrad, James Thurber (Short story) DoP: Stuart Dryburgh  FILM EDITOR: Greg Hayden MUSIC: Theodore Saphiro CASTS: Ben Stiller, Kristen Wiig, Adam Scott, Sean Penn, Kathryn Hahn

IMDb

11 responses

  1. Tri Fajar Avatar
    Tri Fajar

    Ini film benar2 menakjubkan, bisa bikin ketawa, menangis, kagum campur2 dengan begitu indahnya. Aku juga seorang day-dreamer yg sering menjadikan imajinasi sebagai pelarian dari kenyataan yg tak sesuai harapan, jadi merasa terkait ama karakter Walter Mitty.
    Oh iya, koreksi nama majalahnya bukan Time, tapi Life.

    1. ceritanya dekat bgt dengan kehidupan sehari-hari 🙂

      ohyaaaaa, maaf, kelupaan :p

  2. Gin Seladipura Avatar
    Gin Seladipura

    soundtracknya keren2. gue suka banget

  3. AKu baru nonton film ini padahal da lama bgt di laptop.bener2 film yg mmbuat saya semakin yakin menghayal gada salahnya.suatu saat akan menjadi kenyataan kok hahhaa.oiya ini emang soundtracknya kuuueerrreennnn bgt!!!

    1. OST-nya! Setuju banget!

  4. Film nya keren banget! Jadi pengen ke Scandinavia

  5. iya menurut saya film ini sangat bagus, mungkin diawal diawal agak membosankan, tetapi di separuh terakhir mulai menakjubkan, dan ending yang membuat merinding

    1. Senang deh ada temennya yang suka film ini. Aku rasa awalnya bukan ‘membosankan’, cuman perlu kesabaran aja 😀 diliat berkali-kali pun tetep bagus film ini!

  6. ravena Avatar
    ravena

    minta link film ini dong tapi yang subtitle indonesia ada ngak?
    buat tugas untuk jelasin film ini dari kampus disuruh sama dosennya. darurat banget soalnya ada yang bisa bantuin ngak?

    udah cari sana sini tapi ngak dapet

    1. Maaf sebelumnya. Bukannya ngga mau bantu, tapi blog saya ngga pernah share link download. Bukan apa-apa ya. Cuman takut kena ban aja. Kalo mau, silakan mention saya di twitter @sinekdoks, nanti saya bantu share ke temen-temen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!