Tale of Tales (2016): Bukan sekedar dongeng sebelum tidurmu

Read Time:2 Minute, 37 Second

Review Tale of TalesSutradara film thug Italia, Gomorrah, Matteo Garrone menghadirkan negeri dongeng impiannya yang diadaptasi lepas dari ahli dongeng Giambattista Basile (1566-1632) dalam debut film berbahasa Inggrisnya, Tale of Tales.

Dunia dongeng yang dianut Garrone bukanlah dunia yang sama dengan dunianya para Disney princess; dunia ini lebih dewasa dan lebih buruk rupa. Segala keindahan dan kemegahan feodal tetap dihadirkan, namun sisi gothic dan grotesk-nya yang kadang disturbing lah yang mendominasi. Tak ayal, mulai dari lalat peliharaan, ogre penjaga gunung, pangeran albino kembar, perawan tua binal sampai hidangan jantung mentah pun menjadi sajian utama Tale of Tales.

Terbagi dalam 3 segmen berisi 3 dongeng yang bersetting di 3 kerajaan yang berbeda, Tale of Tales sesungguhnya punya satu tema mutual, yaitu obsesi, lebih tepatnya obsesi yang membutakan. Segmen ‘The Queen,’ yang bagaikan versi filthy The Prince and The Pauper, menggambarkan dibutakannya seorang ratu (Salma Hayek) oleh obsesi berketurunan. ‘The Flea’ menyuguhkan obsesi absurd seorang raja (Toby Jones) terhadap seekor lalat yang dipeliharanya sampai sebesar babi, sampai melupakan putrinya sendiri. Segmen terakhir ‘The Two Old Women’ bercerita tentang obsesi seorang raja (Vincent Cassell) terhadap suara seorang perempuan yang ternyata sudah renta.

Toby Jones on Tale of Tales (2016) | Image via IMDb

Dunia yang dihadirkan Garrone sangat imajinatif bahkan untuk ukuran dongeng. Sisi gelap bedtime stories digali intinya lalu dibalut dengan visual megah dan kompleks namun tak jarang tampil candid dan disturbing. Gambar-gambar yang majestic tentang kehidupan dan kematian, hasrat yang vulgar serta dongengnya yang quirky dan offbeat menyihir mata untuk terus meminta lebih walaupun tak pernah ada kepuasan dihadirkan dari sisi storytellingnya.

Bayangkan sisi buruk dari dongeng yang biasa kita dengar, yang dilandasi obsesi entah akan keturunan, prince charming, atau cinta sejati (yang cenderung menjadi nafsu liar), diolah Garrone menjadi rangkaian depravity dan debauchery yang kadang terlampau jauh. Moralitas adalah hal langka dalam dongeng Garrone; tapi kalau ingin mencari kisah fantasy yang sangat nihilistik, Tale of Tales adalah pilihan tepat.

Stacy Martin on Tale of Tales | Image via IMDb

Selain dari sisi visualnya yang mengagumkan, departemen akting Tale of Tales tak perlu diragukan lagi. Ketiga raja dimanifestasikan menjadi karakter-karakter one-dimensional yang menarik. Toby Jones sukses menghadirkan raja yang terobsesi dengan peliharaan langkanya; John C. Reilly sukses dengan obsesi untuk membahagiakan ratunya tanpa peduli nasibnya sendiri; sementara Vincent Cassell menghadirkan raja pervert yang hidupnya dipenuhi hawa nafsu. Yang paling menarik adalah Salma Hayek sebagai ratu yang begitu memesona namun berjiwa twisted—seperti tergambarkan dalam salah satu adegan paling monumental film ini yaitu memakan jantung monster nautical yang masih berdarah-darah.

Tak pernah sampai tahap yang memuaskan, namun Tale of Tales sukses menghadirkan dunia dongeng penuh twist yang tak hanya indah, namun juga grotesk dan visceral. Yang jelas ini bukan standar bedtime stories-mu.

Tale of Tales (2016)
Il Racconto dei Racconti

Drama, Fantasy Written and Directed by: Matteo Garrone Co-written by: Edoardo AlbinatiUgo ChitiMassimo Gaudioso based on book by Giambattista Basile Starred by: Salma Hayek, Vincent Cassel, Toby JonesJohn C. ReillyStacy Martin Runtime: 133 mins Rated R

IMDb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!