Meskipun terlihat vulgar dan seronok dengan beach party dan bravura-nya, Spring Breakers bukanlah film “murahan” maupun komedi sensual yang memberi label buruk pada film-film coming of age. Dengan menampilkan dua mantan Disney princesses beserta teman-teman sexy-nya, ditambah aktor yang sedang naik daun, serta dibesut oleh sutradara film-film semi-arthouse macam Gummo dan Mister Lonely; Spring Breakers bukanlah sekedar film coming-of-age biasa– it’s a breaker for usual spring-break movies!
Party on Beaches
Empat gadis remaja: Faith (Selena Gomez), Candy (Vanessa Hudgens), Brit (Ahsley Benson), dan Cotty (Rachel Korine) sangat terobsesi untuk bisa pergi ke pesta spring break di St. Pete’s Beach, Florida; memenuhi imajinasi liar mereka tentang having fun and having break. Dengan melakukan perampokan restoran a la Pulp Fiction, keempat gadis ini akhirnya punya cukup uang untuk memenuhi ambisi mereka.
Spring Break yang mereka impikan pun datang dengan dentuman musik dubstep a la Skrillex, pesta bikini, drugs and liquor— semua keliaran anak muda ada di sana. Sampai akhirnya, mereka harus berurusan dengan polisi lokal (yang menghancurkan impian spring break mereka). Dengan courtesy dari seorang rapper-hustler lokal yang dijuluki Alien (James Franco), mereka pun dibebaskan dari jeratan hukum dengan syarat yang di luar ekspektasi mereka. Bisakah keempat gadis sexy ini bertahan? Hanya mereka yang bisa menentukan.
Welcome to the Spring Break!
Harmony Korine, sang sutradara memang lebih terkenal karena film-film cutting edge-nya yang disturbing. Bekerja dengan artis-artis “besar” mungkin menjadi hal yang lucu baginya. Lucu juga melihat istrinya yang cantik, Rachel Korine ikut tampil lagi di filmnya. Alhasil, Spring Breakers benar-benar menjadi film yang menipu.
Menabrakan unsur-unsur coming-of-age dengan girl power, pesta -pesta liar yang dihighlight dengan warna-warna neon yang mencolok, kehidupan gangster, serta pop-art a la Britney Spears membuat film ini terasa random. It’s barely a connection explicitly seen, although there is. Jadi jangan kecewa jika Spring Breakers tidaklah se-sexy kelihatannya; it’s definitely naughty but hardly sexy.
Ada dua hal penting yang saya suka: pertama, it’s visually beautiful, kedua, the ensemble of casts are beautiful as well. Pengambilan gambar yang liar dan vulgar (bahkan terkesan porno) bukannya terasa murah, namun malah terasa gelap; apalagi dengan sequence antar scene yang terkadang random dengan transisi yang kasar. It’s definitely not a movie for fun– it’s a real artwork (which I don’t really like, frankly saying).
Keempat gadis remaja di sini memiliki fungsi masing-masing dengan root karakter yang kuat. Faith yang insecure dan pemurung (of her faith) diperankan dengan pas oleh Selena Gomez yang sama insecure-nya dengan predikat baru good-girl-gone-bad-nya. Sementara, Vanessa Hudgens malah nyaman dengan disney-girl-gone-bitch-nya. Ashley Benson terlihat paling hostile di antara yang lain, dan Rachel Korine dengan rambut pink neon-nya memerankan Cotty dengan perubahan attitude-nya yang drastis. Namun, spotlight utama tentu saja James Franco. Setelah tampil cemerlang di 127 Hours, dan mengecewakan di Oz: The Great and Powerful, Franco justru mengambil peran yang sangat berbeda; dengan dandanan yang overrated dan aksen yang buruk, y’all, ia menjelma menjadi rapper-gangster yang kuat sekaligus eksentrik. Cukup berani memang; namun inilah salah satu perannya yang paling terasa setelah 127 Hours, IMO.
Well, Spring Breakers deserves a shot, definitely. Bukan karena pameran bikini dan pesta liarnya, namun karena benang merah akan semua gimmick-nya yang random, serta sentuhan arthouse-nya. Again, it’s not a usual cheesy spring break movie; but it’s not a movie of a year.
TITLE: Spring Breakers
Genre: Drama / Coming-of-age / Crime
DIRECTOR & WRITER: Harmony Korine
CASTS: Selena Gomez, Vanessa Hudgens, Ashley Benson, Rachel Korine, James Franco
RATING:
Leave a Reply