Klik untuk baca review Midnight Special dalam Bahasa Indonesia.
Review: Jeff Nichols’ Midnight Special might, in the surface, look like a cat-and-mouse family thriller; only it is not. In his fourth film, Nichols combines a great volume otherworldly force (similar to Nichol’s Take Shelter) and a serious parenthood issue (as in Mud), crafted into his usual ‘small’ slow-burn sci-fi. As a lite version of Spielbergian family blockbuster; it sometimes alienates the audiences, but it mostly holds them close with a full pack of mystery.
Mystery is an essential part in Midnight Special – the whole plot is moved by layers of it. Mystery revolves around a father, Roy (Michael Shannon), and his friend, Lucas (Joel Edgerton), as they’re on the run while protecting Alton (Jaeden Lieberher), Roy’s gifted son from a religious sect and the govt, which pursue him with their own agenda.
Image via IMDbFrom the beginning, Midnight Special reveals too little information for audiences to fully grasp the reason why Roy and Lucas are on the run or why Alton is wearing blue goggles. The more we delve into the story, the more questions embark as Alton’s inability to tolerate sunlight or ability to hack police radio communication.
The further the party runs, the more new characters introduced on-screen, the more obscure it’s been. That’s the best part of it. From Adam Driver’s geeky NSA specialist to Sam Shepard’s cult leader, then straight to motherly Kirsten Dunst; each probes new questions. Yet, the epicenter of this film is the father-son relationship, which slowly untangles the web of oblivion.
Only through Shannon and Lieberher’s quirky bond, audiences get real picture of what has happened in Midnight Special universe. Nichols as writer-director has put the audiences into Edgerton’s Lucas’ shoes along with his confusion, only to gradually unravel answers delightfully.
Image via variety.comThe delight of solving Midnight Special puzzle-board from pieces to pieces might compensate the lack of action sequences in this non-comic-book super-human origin story. There’s indeed a visually perplexing burst of action, a most notable one, where Alton uses his supernatural power to bring down a satellite and causing a meteor rain to neighboring gas station. As much as the visual bravura and optimum use of lens flare (for the first time I saw lens flare moves the plot, instead of being visual gimmick) might ensure the sci-fi degree at high, Nichols tends to keep the super-human factors at limited exposure, and highlight a more human approach as its main enjoyment.
However, Midnight Special is never been flawless. It’s indeed thoroughly crafted in revealing answer by answer patiently; yet, Nichols’ decision to keep some of it open-ended might be unlikely to casual audiences. Moreover, the underwhelming third act really is a letdown in concluding the terrific built-up.
Midnight Special often fails to hit the right spots, but it compensates the issue with thorough writing and directing as well as stark performance delivered by the ensemble of cast.
Midnight Special (2016)
Adventure, Drama, Sci-Fi Written & Directed by: Jeff Nichols Starred by: Michael Shannon, Joel Edgerton, Kirsten Dunst, Adam Driver, Jaeden Lieberher Runtime: 112 mins Rated PG-13
Midnight Special arahan Jeff Nichols memang tampak seperti thriller kucing-kucingan biasa; namun sebenarnya tak sesederhana itu. Di film keempatnya, Nichols berusaha menggabungkan elemen kekuatan supernatural (mirip elemen dalam film keduanya Take Shelter) dengan chemistry orang dewasa – anak-yang serius (mirip Mud) ke dalam sebuah sci-fi kecil yang ber-pace lambat. Tampil selayaknya versi mini film blockbuster-nya Steven Spielberg, Midnight Special banyak membuat jarak dengan penonton namun tetap menariknya dengan paket misterinya yang komplit.
Misteri menjadi bagian yang penting dalam Midnight Special karena keseluruhan plotnya digerakkan oleh lapisan-lapisan misteri yang saling menopang satu sama lain. Dalam plotnya, kita langsung dikenalkan kepada Roy (Michael Shannon) dan rekannya, Lucas (Joel Edgerton), yang tengah dalam pelarian untuk melindungi anak Roy, Alton (Jaeden Lieberher), yang berkemampuan khusus, dari kejaran suatu sekte kiamat serta kejaran pasukan khusus dari pemerintah dengan agenda masing-masing.
Image via IMDbDari awal, film ini tak memberi banyak informasi berarti untuk mengerti alasan Roy dan Lukas selalu dalam pelarian. Bahkan kita tak diberi alasan kenapa Alton selalu memakai goggle warna biru; apakah berhubungan dengan kekuatan supernya atau hanya gimmick. Makin jauh melangkah, pertanyaan justru makin bertambah dan makin spesifik: mengapa Alton tak bisa kena sinar matahari atau bagaimana caranya ia meretas radio polisi. Sebenarnya apa kemampuan Alton dan bagaimana ia mendapatkannya? Kurang lebih pertanyaan-pertanyaan serupa yang terus berkembang.
Ketika karakter-karakter baru mulai bermunculan, pertanyaan yang muncul pun makin obscure. Namun, justru itu bagian terbaiknya. Mulai dari spesialis NSA yang diperankan Adam Driver; pimpinan sekte yang diperankan Sam Shepard, sampai Kirsten Dunst dalam mode keibu-ibuan; masing-masing memunculkan pertanyaan tentang esensi kehadiran mereka dan bagaimana mereka related dengan backstory Alton.
Jaring-jaring kusut itu perlahan tapi pasti diuntai oleh Alton dan ayahnya – dengan chemistry mereka yang unik – untuk menghadirkan berbagai jawaban untuk memahami keseluruhan universe Midnight Special ini. Dan Jeff Nichols seolah ingin penontonnya bisa merasa dekat dengan kedua tokoh itu untuk mengungkap jawabannya. Seolah kita ditaruh dalam posisi Lucas, yang sama bingungnya namun cukup beruntung bisa menghabiskan banyak waktu dengan keduanya.
Image via IMDbKepuasan saat sedikit demi sedikit menyelesaikan puzzle yang ditebar Midnight Special agaknya bisa mengobati ekspektasi tinggi akan action sequences maupun sci-fi gimmick lainnya, yang hampir tak ada yang berarti. Sekalinya ada, sekuens tersebut dibuat cukup megah namun tetap membingungkan – saat Alton menjatuhkan sebuah satelit luar angkasa bagaikan ia menjatuhkan meteor. Tapi justru itulah inti Midnight Special. Semegah apapun visual yang ditampilkannya, se-sophisticated apapun efek special yang dipakai, dan seefektif apapun penggunaan lens flare-nya (serius, ini pertama kalinya saya lihat lens flare dipakai untuk menggerakkan plot dan bukan sekedar dijadikan gimmick visual saja) dalam menghasilkan kesan sci-fi yang hi-profile, Jeff Nichols cenderung membatasi faktor ‘super-human’ film ini sampai sekecil-kecilnya dan justru focus dalam menghadirkan pendekatan yang lebih manusiawi terhadap tokoh super-human-nya.
Namun Midnight Special bukannya tidak bercacat. Walaupun memang dikondisikan dengan rapi dalam pengungkapan misteri demi misterinya, namun film ini tetap jatuh di lubang yang itu juga. Keputusan Nichols untuk membuat beberapa jawaban akan misterinya open-ended seolah menggampangkan build-up yang sudah dibangun hati-hati. Babak ketiganya adalah klimaks dari ke-open-ended-an yang mengecewakan ini. Seolah Nichols sengaja membuat kitab suci saja, memaksa penonton untuk mengamini suatu hal berdasarkan interpretasi masing-masing. Beruntung, dua babak utamanya mampu menghadirkan thrill yang cukup untuk sustaining film ini sendiri.
Kesimpulan akhirnya, Midnight Special kadang tak berhasil memenuhi ekspektasi tinggi yang berhasil ia bangun dengan rapinya, namun film ini mampu mengatasinya dengan skrip dan penyutradaraan yang dingin serta ensemble of cast-nya yang luar biasa.
Review Bahasa Indonesia Midnight Special ini ditulis oleh Paskalis Damar.
Leave a Reply