The Garden of Words / 言の葉の庭 / Kotonoha no Niwa (2013)

Movie Review The Garden of Words (2013)
Read Time:3 Minute, 27 Second

Hanya berdurasi 46 menit, The Garden of Words secara singkat merangkum ciri khas Makoto Shinkai. Film ini sanggup menampilkan dengan gambar a la Terrence Malick yang indah serta kisah pilu yang dinarasikan dengan monolog. Saya rasa ini adalah film terbaik Makoto setelah 5 Centimeters per Second; setidaknya atas pendekatan naturalisnya yang menakjubkan.

Read this review in English: click here!

Film ini berkisah tentang Takao (pengisi suara: Miyu Irino), bocah 15 tahun yang selalu bermimpi menjadi pembuat sepatu yang handal. Setiap hujan, ia selalu membolos sekolah dan pergi ke suatu taman untuk berlatih membuat sepatu yang asli. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita yang lebih dewasa, Yukino (Kana Hanazawa), yang menurutnya misterius. Setiap kali hari hujan, mereka berdua bertemu di taman itu dan hubungan mereka tumbuh makin kuat daripada sebelumnya. Masalahnya, musim hujan takkan bertahan selamanya.

Jika dibandingkan dengan mahakarya Shinkai yang sebelumnya, The Garden of Words terkesan sedikit cheesy, namun tetap ringan dan mudah dinikmati. Gaya visualnya yang detail dan menggetarkan tak berubah; terlihat dari caranya menggambarkan betapa alaminya hujan dan cahaya-cahaya dengan tone yang hangat. Secara visual, film ini tidak terlalu berbeda dengan pendahulunya; namun, jika kau pikir film ini terasa berbeda, mungkin memang benar. Di bagian scoring, tak ada lagi Tenmon yang selalu menjadi langganan Shinkai; sebagai penggantinya, ada Daisuke Kashiwa yang sama melankolinya dengan Tenmon. Dan bagusnya dia tidak lupa untuk menaruh satu lagu catchy di akhir film untuk menyimpulkan akhir film ini (kali ini lagu Motohiro Hata yang berjudul Rain). Tak segamang 5 Centimeters per Second memang, namun terasa lebih “mengasihani” penontonnya.

The Garden of Words (2013)

Durasi dan pace film ini memang sedikit tricky—karena filmnya berjalan lurus dengan sangat cepat. Namun, saya rasa semua itu cukup untuk merangkum kisah pendek semacam ini (apa lagi dengan memaklumi bahwa Shinkai tak terlalu suka dengan kisah yang panjang), tapi tak terlalu cukup untuk merangkum proyeksi ke depannya. Ada gap yang jelas antara membuatnya memilukan seperti biasa atau mengakhirinya dengan ending yang lebih beresiko namun menggetarkan. Apapun itu, The Garden of Words tetaplah film yang bagus. Biarkanlah hujan yang menceritakannya.

[imdb style=”transparent”]tt2591814[/imdb]

Pages: 1 2

9 responses

  1. Twist di tengah filmnya agak maksa tapi masuk akal dan heartbreaking ya.
    Anw.. Thanks buat rekomendasinya 😀

    1. Twist yang tentang bu guru yaaah hehe

  2. Aku malah kurang suka film ini. Agak membosankan dan bertele-tele.

    1. Emang bertele-tele, tapi nuansanya itu lhooo

  3. […] it’s a raining Thursday here in Indonesia, so I give an honorable mention to The Garden of Words, another work from Makoto Shinkai (5 Centimeters per […]

  4. woeisrizky Avatar
    woeisrizky

    bener banget kyk film Terrence Malick enak dipandang tapi bisa bosenin, dan bagian ending nya cheesy banget.

    1. Kerasa Malick bgt itu karena voice-overnya juga hehe
      Setuju! Endingnya underwhelming sekali, untung ada lagunya Motohiro Hata yg oke 😀

  5. […] Japanese box office recently. Shinkai (5 Centimeters per Second, Children who Chase Lost Voices, The Garden of Words) is always known for his penchant in crafting picturesque, hyperrealistic 2D animation with […]

  6. […] Second). Meanwhile, this new story sees it juxtaposing with endless rain (making a parallel with The Garden of Words). Plot-wise, this one is less complicated than his 2016 works. Most plot points are guided with […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!