“I’m tired of running.” — Thomas
When released in 2014, The Maze Runner was a surprise hit—that put Divergent and Mockingjay at the bay—with fast-and-vast action sequences and mystery build-up along with a plot we never see in any Young Adult novel adaptation.
Unlike its fellow dystopian YA movies—which carbon-copying the predecessors with bigger scale, The Scorch Trials is of a completely different presentation.
There is no actual maze anymore, the “maze” is instead a real world scorched by the sun, providing limitless wasteland landscape and zombie-like foes called Cranks that forces the protagonists to keep running and bumping from one trouble to another for the whole duration.
Immediately following the cliffhanger in The Maze Runner, where the surviving Gladers escaped from the Glades to reveal the true identity of WCKD, The Scorch Trials obviously doubles the action with more intense sequences and various plagues in a desert world.
Similar to the predecessor which stuffed us with questions and mysteries, this movie also attempts to replicate the formula although, in some cases, answers some questions lying since The Maze Runner. Along with (predictable) twist-and-turns, these questions culminates towards the end to open a possible straight-forward finale.
While the predecessor is prone to originality, this sequel is more mixed up with reminiscent of some elements of other stories. It might be a little convoluted to new viewers, but for those who enjoy The Maze Runner, it’s an understandable consequence of the bigger world-building.
While we’re bonding to survivors of The Maze Runner, The Scorch Trials starts to introduce us to dozens of new characters—which sometimes the big scorched world cannot contain at once. Most important character is Janson (Aidan Gillen), whose complexity always misleads viewers. Some other characters, like Aris (Jacob Lofland) and Brenda (Rosa Salazar), are more likeable although sometimes their presence are questioned.
Combination of recurring cast and the new ones makes a charming cast, which is very sympathetic. Although, sometimes, I personally get annoyed with Thomas (O’Brien) upon his decision and his self-awareness, I still view him as a more complex protagonist than in rival franchises.
The best thing of The Scorch Trials is, it’s self-aware of its place as a middle movie, therefore taking risk to go grittier and tougher, then leaving us with a sympathetic cliffhanger—not a frustrating one—to breathlessly crave for a more grandeur finale.
Maze Runner: The Scorch Trials (2015)
Adaptation, Action, Adventure, Sci-Fi Directed by: Wes Ball Written by: T.S. Nowlin based on novel by James Dashner Starred by: Dylan O’Brien, Kaya Scodelario, Thomas Brodie-Sangster, Ki Hong Lee, Aidan Gillen, Rosa Salazar Runtime: 131 mins Rated PG-13 for extended sequences of violence and action, some thematic elements, substance use and language
Ketika rilis tahun 2014 yang lalu, The Maze Runner langsung menjadi surprise hit—menempel ketat Divergent dan Mockingjay yang kurang gereget—dengan action sequences yang rapat serta build-up misteri yang penuh tanda tanya dibalut dengan plot yang original.
Sangat berbeda dengan adaptasi YA yg lain—yang mengkopi episode sebelumnya dengan skala yang lebih besar, The Scorch Trials malah menampilkan sesuatu yang berbeda 180 derajat dari predesesornya.
Tak ada lagi maze yang aktual, “maze” yang sekarang adalah dunia nyata yang dipanggang habis oleh matahari, menghasilkan virus flare yang mengubah inhabitant-nya menjadi Crank, makhluk seperti zombie. A complete wasteland dengan zombie.
Langsung menyambung cliffhanger di akhir The Maze Runner, para penyintas Glades yang berhasil lolos kini harus mengungkap kebenaran di balik organisasi WCKD. The Scorch Trials meningkatkan bagian action-nya dengan sequences yang lebih intense dan musuh yang lebih nyata.
Mirip dengan predesesornya yang terus menjejali penonton dengan pertanyaan demi pertanyaan, film ini juga terus membuat penonton menebak-nebak konspirasi apa yang sebenarnya terjadi. Dalam beberapa hal, film ini memang mengungkap jawaban dari The Maze Runner, tapi sebagian besar malah makin membuat penasaran (dan mengharapkan sekuel yang straight-forward).
Namun, kalau The Maze Runner sangat original, sekuel ini justru terlihat seperti comotan elemen dari kisah-kisah lain yang membuat kita frowning, “Pernah lihat di film apa ya?.” Bagi penonton baru, hal ini cukup membingungkan, tapi bagi penikmat triloginya, hal ini bisa dimengerti sebagai konsekuensi world-build-nya yang masif.
On another note, saat kita makin terkoneksi dengan Thomas (O’Brien) dengan yang lain, The Scorch Trials mulai memperkenalkan karakter baru (yang malah membuat saya berpikir, claustrophobic masih lebih baik dari sociophobic) yang saking banyaknya membuat kesan seolah film ini sendiri tak mampu menampungnya. Yang sangat penting adalah Janson (Aidan Gillen) yang sama kompleksnya dengan Littlefinger di Game of Thrones. Beberapa karakter lain juga cukup likeable, seperti Aris (Jacob Lofland) dan Brenda (Salazar), meskipun kadang keberadaan mereka tak begitu terasa.
Kombinasi antara cast lama dan cast baru ini berhasil menghasilkan ensemble of cast yang charming dan bahkan sympathetic. Meskipun begitu, kadang Thomas cukup membuat frustasi dengan self-awareness-nya yang sangat dipertanyakan; namun, so far, dia tetap jadi protagonis yang lebih kompleks dibanding franchise saingannya.
Yang paling menarik dari The Scorch Trials adalah self-awareness-nya sebagai film tengah, yang seolah menjadikannya take-it-or-leave-it kind of movie: sangat tougher dan grittier, lalu ditutup dengan cliffhanger yang lebih simpatik (bukannya membuat frustasi)—yang membuat kita mengharapkan finale-nya yang grand tapi straight-forward.
This Maze Runner: The Scorch Trials review was written and translated into Bahasa by Paskalis Damar. Follow us on twitter @sinekdoks. Review Maze Runner: The Scorch Trials ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Paskalis Damar.
Leave a Reply