Bad Genius (2017) – Review

Movie Review: Bad Genius (2017)
Read Time:5 Minute, 19 Second

Review: Dalam Bad Genius, sutradara Nattawut Poonpiriya (Countdown) menyajikan sebuah kisah luar biasa tentang contek-menyontek saat ujian dalam sajian heist thriller, alias thriller perampokan. Di dalamnya, ia juga mengkritisi, bahkan sampai mengolok-olok, system ujian akademis dengan cara yang sangat memuaskan.

Dengan skrip cerdasnya yang tanpa basa-basi dan ditunjang teknis sinematik yang mumpuni, film ini menampilkan ujian pilihan ganda bagaikan Ocean’s Eleven dengan tingkat guilty pleasure sebesar The Talented Mr. Ripley. Hasilnya sungguh sangat menghibur. Boleh dibilang kisah contek-contekan ini berhasil lulus dengan nilai sempurna di bidangnya.

Read Bad Genius review in English. Click here!

Thriller ini berfokus pada Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying), murid culun tapi jago matematika, yang sukses menembus sebuah sekolah eksklusif sebagai “anak beasiswa.” Yang ia tak mengerti adalah: sekolah yang dielu-elukan lewat prestis dan prestasinya itu ternyata tak lebih dari sekedar ‘penangkaran’ anak-anak manja yang kaya raya namun tak bermotivasi belajar. Bisa ditebak, Lynn yang memang jenius cepat dimanfaatkan (sekaligus memanfaatkan) murid-murid lain dalam tiap ujian. Ketika uang mulai ikut bermain, Lynn akhirnya menahbiskan diri sebagai sang ‘bad genius’ dengan gelimangan profit sebagai buah kecerdasannya.

Bad Genius dengan kreatifnya menghadirkan berbagai metode berbagi contekan yang inovatif seperti yang diperagakan Lynn. Mulai dari cara tradisional seperti lempar kunci jawaban atau tukar lembar jawab sampai cara mutakhir yang melibatkan ‘les piano klasik’, semua metode dibuat semenarik dan semasuk akal mungkin. Bahkan, film ini melipat gandakan resiko contek-mencontek ini dengan mengembangkannya sebagai sebuah skema bisnis kotor untuk menghadirkan keuntungan finansial dan akademis. Hal-hal yang tak kita sangka bisa terjadi dibuatnya begitu masuk akal; bahkan tak menutup kemungkinan, saking masuk akalnya, bisa-bisa kejadian di kehidupan nyata

Dengan berbagai ‘praktik kotor’ tersebut, gampang menilai Bad Genius sebagai film yang morally ambiguous. Dan film ini mentah-mentah menerima judgment itu dan mengolahnya menjadi sebuah kritik yang tajam. Caranya, Bad Genius menghadirkan sebuah subplot tentang rivalitas antara Lynn dengan sesama anak beasiswa, Bank (Chanon Santinatornkul), yang terang-terangan menolak praktik Lynn. Bank dihadirkan sebagai lawan ‘moral’ bagi Lynn sekaligus bagi keseluruhan cerita ini. Dan film ini memanfaatkan karakter ini dengan sangat serius untuk menghadirkan subteks sosial, keseimbangan narasi sekaligus ironi.

Sekalipun sangat menyenangkan untuk diikuti, Bad Genius tetap menghadirkan satir yang keras terhadap kesenjangan sosial di Thailand. Kesenjangan itu digambarkannya sebagai akar buruknya system pendidikan di sana. Sistem sekolah yang korup memberikan privilege tak terbatas bagi masyarakat kelas atas. Sedangkan masyarakat kelas bawah justru dikungkung dengan berbagai batasan, termasuk untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Himpitan kebutuhan akan pendidikan sekaligus finansial inilah yang menjadikan kisah Bad Genius ini masuk akal.

Tema yang agak berat itu tidak dijadikan sebagai ‘jualan’ utama film ini, melainkan dijadikan sebagai bagian dari karakter-karakternya, yang adalah jualan film ini. Lynn mengalami berbagai konflik yang mendewasakan dirinya sedari awal film. Dalam memanifestasikannya, Chutimon, model sekaligus aktor debutan, berhasil menampilkan persona seorang jenius yang dijejali dengan keyakinan-keyakinan yang membahayakan. Karakter Bank juga digambarkan dengan motivasi yang digerakkan oleh tema tersembunyi film ini. Sementara itu, karakter ayah Lynn yang diperankan Thaneth Warakulnukroh berhasil menghadirkan kedalaman ke dalam ceritanya.

Intinya, Bad Genius adalah sebuah pengalaman sinematik langka yang menghadirkan tema besar dengan penceritaan yang playful. Meskipun durasinya agak terlalu panjang dan beberapa konklusi terasa mengambang, Bad Genius tetap berhasil menampilkan wajah sinema Asia Tenggara yang wajib ditonton.

[imdb style=”transparent”]tt6788942[/imdb]

Pages: 1 2

One response

  1. […] GDH’s feel-good family drama knows how to treat the audiences right. Starting out as a sibling rivalry […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!